Klausa.co – Lepas tengah hari, Selasa 5 Agustus 2003, sebuah ledakan terjadi di muka Hotel JW Mariott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Asalnya dari sebuah mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B 7462 ZN. Belakangan diketahui, itu adalah aksi bom bunuh diri.
Mobil yang dikendarai oleh pelaku itu diduga memuat enam jeriken berisi bahan kimia berbahaya. Dua jeriken berisi bahan peledak yang terdiri dari trinitrotoluena (TNT), Research and Development Explosive (RDX), Teril, dan sedikit High Melting Explosive (HMX).
Sedangkan empat jeriken lainnya berisi bensin bercampur minyak tanah. Pemicu ledakan adalah sebuah telepon seluler yang ditemukan di TKP.
Dilansir dari Liputan6, ledakan itu menghancurkan restoran, tempat berkumpulnya para ekspatriat dan sejumlah orang Indonesia yang berpunya. Saat bom meledak, restoran tersebut dalam kondisi ramai oleh para tamu yang sedang makan siang.
Ledakan juga merusak lantai dasar bangunan hotel yang terdiri atas 33 lantai itu. Ledakan tersebut menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Pascainsiden, Hotel JW Marriott ditutup selama 5 pekan.
Mengutuk Aksi Teror
Dikutip dari Kompas com, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung datang meninjau lokasi setelah kejadian.
“Pemerintah menyampaikan belasungkawa terhadap para korban yang tidak berdosa. Mungkin terorisnya tertawa sekarang, tapi bangsa Indonesia yang harus membayar mahal semua ini,” kata Yudhoyono, yang matanya terlihat memerah menahan emosi.
Wakil Presiden Indonesia kala itu, Hamzah Has mengatakan, serangan teror diduga ditujukan pada kepentingan Amerika Serikat. Apalagi, JW Marriott adalah jaringan hotel milik Negeri Paman Sam.
Sementara, Menteri Pertahanan RI, Matori Abdul Jalil mengatakan, ledakan di Hotel JW Marriott adalah teror bom. “Jelas, itu adalah aksi terorisme,” kata dia.
Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar saat itu turut menyampaikan, bahwa ledakan bom yang terjadi di depan lobi Hotel JW Marriott itu mirip dengan ledakan bom di Bali.
“Di TKP (tempat kejadian perkara) ditemukan rangka mobil Toyota Kijang, mesin yang terlempar, radiator, dan bagian setir yang terlempar. Mirip bom Bali, yaitu bom meledak bersama mobil. Ini bom mobil,” kata dia.
Menurut Da’i Bachtiar, tidak tertutup kemungkinan ledakan bom di Marriott itu ada hubungannya dengan jaringan yang tertangkap di Semarang, Jawa Tengah.
Sementara itu, John Wolf, juru bicara JW Marriotta mengatakan, ada 273 tamu yang terdaftar di hotel yang memiliki 333 kamar itu ketika ledakan terjadi. Tak lama setelah kejadian, tiga tamu dan delapan pegawai hotel diketahui mengalami cedera.
Salah satu tamu, Simon Leuning asal Australia baru saja check in ke dalam hotel dan sedang bersantai di kamarnya saat ledakan terjadi. “Jendela pecah, saya pun terpental,” kata dia. “Saya langsung keluar secepat mungkin,” kata dia seperti dikutip dari CNN.
Belakangan, Edi Sucipto, anggota satuan pengamanan Hotel JW Marriott, mengembuskan napas terakhir. Dia meninggal dunia setelah dirawat selama tujuh hari di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta Pusat.
Aparat Indonesia mengatakan bahwa seorang warga negara asing meninggal dunia akibat ledakan, meski tak menyebut nama dan kewarganegaraannya.
Sementara itu, PT Rabobank Duta Indonesia kemudian mengumumkan bahwa seorang warga negara Belanda, Hans Winkelmolen, yang merupakan mantan pimpinan bank tersebut meninggal dunia.
Gedung Putih mengecam keras pengeboman tersebut dan berjanji akan menyediakan bantuan apapun yang bisa diberikan pada pihak Indonesia.
“Ini adalah serangan tercela yang ditujukan pada warga sipil tak berdosa. Kami sepenuhnya siap membantu dengan cara apa pun untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan,” kata juru bicara Gedung Putih, Scott McLellan seperti dikutip dari CNN.
Ia menambahkan, serangan tersebut menjadi pengingat bahwa perang global terhadap terorisme sedang berlangsung. “Perang terus berlanjut, dan kami tidak akan berhenti sampai kami berhasil mengganggu, membongkar dan mengalahkan organisasi-organisasi teroris ini,” katanya.
Pun dengan Pemerintah Australia, yang 88 warganya menjadi korban tewas dalam insiden teror Bom Bali 2012. Canberra ikut mengutuk serangan teror di Hotel JW Marriott.
Ledakan Bom Kelima
Masih dalam catatan Kompas ledakan bom itu adalah ledakan kelima selama 2003. Empat ledakan bom sebelumnya terjadi di lobi Wisma Bhayangkara, di belakang Gedung PBB, Bandara Soekarno-Hatta, dan halaman Gedung MPR/DPR.
Sejak terjadi ledakan bom yang berulang-ulang di DKI Jakarta dan sekitarnya, ledakan bom kali ini termasuk yang paling dahsyat.
Teror bom di Hotel JM Marriott terjadi pada saat trauma Bom Bali 2012 belum lagi pudar. Indonesia kala itu sedang membangun kembali dunia pariwisatanya.
Tak ada satu pun kelompok yang langsung menyatakan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sementara, sejumlah petunjuk mengarah pada keterlibatan Jemaah Islamiyah (JI).
Pelaku Bom
Polisi akhirnya menetapkan pelaku bom JW Marriott adalah Asmar Latin Sani. Dia ikut terbunuh dalam peristiwa itu. Dia ditemukan dalam kondisi tubuhnya telah terpisah-pisah. Sejumlah saksi mengenalinya dari kepala (wajah) nya.
Diberitakan Harian Kompas, Selasa (12/8/2003), penyidik Polri memastikan kepala tanpa tubuh itu adalah Asmar.
“Asmar sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Dia tersangka dalam berbagai kasus peledakan bom di Jakarta,” kata Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Brigjen (Pol) Nanan Sukarna.
Asmar adalah saksi kunci kasus berbagai peledakan bom di Indonesia. Dikutip Harian Kompas, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng mengatakan bom diledakkan dengan telepon seluler.
Ponsel itu ditemukan di lokasi kejadian, tepatnya di jok tengah mobil Toyota Kijang nomor B 7462 ZN.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Basyir Achmad Barmawi dan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Prasetyo mengungkapkan kawasan Kuningan merupakan salah satu dari 56 sasaran bom oleh Jemaah Islamiyah (JI).
Hal itu seperti yang tercantum dalam dokumen JI yang ditemukan di Semarang beberapa waktu lalu. Di dokumen terdapat beberapa nama lokasi strategis seperti kawasan Kuningan dan Sudirman, tapi tak menyebut Hotel JW Marriott secara khusus.
Salah satu temuan ahli forensik yang menyisir puing-puing untuk mencari petunjuk. Mereka mengungkapkan, salah satu bahan bom itu adalah potasium klorat, bahan kimia yang digunakan dalam Bom Bali 2012 yang menewaskan 202 orang.
Dua dalang Bom Bali, Doktor Azhari dan Noordin M Top diduga kuat ada di balik teror di Hotel JW Marriott pada 2003. Mereka bahkan dilaporkan menyaksikan detik-detik ketika bom meledak terjadi.
Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng mengatakan, Azhari dan Noordin yang menggunakan sepeda motor mengawasi Asmar Latin Sani yang meledakkan bom di dalam mobilnya.
Menurut Mappaseng, bom yang meledak di Hotel JW Marriott terbuat dari gabungan bahan-bahan low explosive berupa bubuk hitam dan high explosive yang terdiri atas unsur trinitrotoluene (TNT) dan RDX.
(Tim Redaksi Klausa)