Search
Close this search box.

Rabu, 6 November 2024

Sejarah 6 Agustus 610 : Ketika Nabi Muhammad Dipeluk Malaikat Jibril dan Kata ‘Bacalah’ Berulang Tiga Kali

Gua Hira menjadi saski bisu ketika nabi Muhammad menerima Wahyu pertama dan diangkat sebagai Rasul. (Google)

Klausa.co – Senin malam 17 Ramadan, atau bertepatan 6 Agustus 610 M, Saat itulah awal mula Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, atau turunnya Alquran untuk pertama kali yang dikenal dengan Nuzulul Quran.

Di malam itu pula, Nabi Muhammad yang genap berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari, resmi diangkat menjadi Rasul dan mulai mengemban tugas untuk menyiarkan kebenaran.

Seperti dimalam-malam sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dipenuhi dengan kegusaran. Rasulullah gelisah melihat sikap kaumnya yang semakin jahiliah–zaman kebodohan.

Dalam konsep Islam, jahiliah berarti masa di mana penduduk di Mekah dalam ketidaktahuan, saat manusia bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama.

Kegalauan hati ini membuat Muhammad senang menyendiri. Dia meninggalkan rumah menuju perbukitan, lalu menyepi di Gua Hira.

Dengan berbekal roti dari gandum dan air, beliau rutin pergi menuju Gua Hira di Jabal Nur. Jarak bukit itu kira-kira 2 mil dari Makkah. Guanya tidak terlalu besar, panjangnya hanya 4 hasta dengan lebar 1 hasta saja.

Di sana, Rasulullah beribadah dan berdoa sesuai ajaran agama Ibrahim yang menyembah Allah SWT.

Berbeda dengan rutinitas sebelumnya, sudah selama 6 bulan terakhir, Nabi Muhammad mendapati mimpi yang hakiki. Kepadanya datang sebuah cahaya yang terang seperti fajar pagi.

Pada Ramadan tahun ketiga dari pengasingannya di Gua Hira itu. akhirnya, Allah pun berkehendak melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi.

Allah Swt memuliakan Nabi Muhammad dengan nubuwah dengan menurunkan Jibril As menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an.

Kedatangan Jibril As

Ketika Nabi Muhammad bermenung di Hira, angin mendadak terasa begitu dingin. Hingga muncullah satu sosok yang berada di depan Nabi Muhammad dan berkata, “Bacalah!”

“Aku tidak bisa membaca,” kata Nabi.

Malaikat Jibril memegangi tangan dan merangkul Nabi dengan kencang hingga membuat napasnya terasa sesak. Tak lama, Jibril melepaskan pelukannya, dan kembali menyeru, “Bacalah!”

Nabi tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Jibril mengulangi perbuatannya itu hingga 3 kali, setelah kembali melepaskan pelukan, sosok yang diutus khusus itu menyampaikan firman Allah Swt:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,” kata malaikat itu.

Rasulullah pun mengulangi bacaannya dengan penuh rasa gemetaran.

Wahyu pertama ini terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Wahyu pertama ini pula yang menjadi penanda turunnya Alquran atau nuzulul quran, sekaligus hari pertama Muhammad diangkat sebagai nabi.

Rasa Takut Nabi Muhammad

Baca juga  Sejarah 3 Agustus 2000 : Ketika Soeharto  Resmi Berstatus Tersangka Kasus Korupsi

Ketika turun wahyu pertama ini, perasaan takut meliputi diri Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena pengalaman pertama yang beliau alami ketika menerima wahyu “iqra” yang disampaikan sosok Jibril di Gua Hira.

Pakar Tafsir asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, menjelaskan, kala menerima wahyu pertama Rasulullah SAW dirangkul sedemikian kuatnya oleh malaikat Jibril.

Hal ini sebagaimana yang diakui Nabi dengan redaksi: “Telah kurasakan (puncak) kepayahan,”. Atau dengan redaksi lain pada riwayat At-Thabrani: “Aku mengira bahwa itulah (proses awal) kematian,”.

Dijelaskan pula bahwa, rasa takut Nabi dimungkinkan pula akibat pandangannya kepada malaikat yang diberi sifat oleh Alquran sebagai “yang mempunyai kekuatan di sisi Allah, Pemiliki Arsy,”.

Rasa takut yang dialami Rasulullah SAW sesungguhnya bukanlah kali pertama terjadi pada para Nabi. Dalam sejarah, sejumlah Nabi juga kerap didera rasa takut seperti Nabi Musa hingga Nabi Ibrahim.

Rasa takut yang Allah sisipkan kepada para Nabi ini sesungguhnya menggambarkan bahwa meskipun Nabi memiliki keistimewaan-keistimewaan dari segi spiritual, namun mereka tak luput dari naluri kemanusiaan seperti rasa takut.

Didalam Gua Hira, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertamanya. (Google)

Usai Menerima Wahyu Pertama

Setelahnya Rasulullah merasakan mendapat pengalaman yang tak pernah terduga sebelumnya. Beliau lantas menuruni Hira dan terus berusaha memalingkan pandangan, serupa kebingungan.

Nabi benar-benar merasa gentar setelah bertatap dengan Jibril As. Anehnya, ke mana pun ia bergerak, makhluk yang baru saja memperkenalkan diri itu selalu merajai penglihatannya.

Tak cuma itu, di sepanjang jalan, bebatuan dan pepohonan pun terdengar mengucapkan salam. Dengan penuh tergesa, Nabi terus menuruni bukit dan pulang.

Setibanya dikediamannya, Rasulullah disambut oleh sang istri, Khadijah seraya berkata :

“Wahai Abal Qasim, dari manakah engkau? Demi Allah, aku telah menyuruh orang untuk mencarimu hingga ke puncak Mekah, namun mereka kembali tanpa membawa hasil apapun,” sapa Siti Khadijah kala menyambut suaminya di muka rumah.

Nabi terdiam, lantas bersabda, “Selimutilah aku! Selimutilah aku! Agar rasa gemetar ini hilang!”

Siti Khadijah segera mengambil selimut dan memakaikannya. Lantas, sosok yang sangat dicintainya itu ia papah menuju kamar. Setelah tampak sedikit tenang, Khadijah berkata, “Sungguh, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu.”

Khadijah terus membujuk agar Nabi berkenan menceritakan hal ihwal yang telah dialami. Tak lama, Nabi pun bangkit dan menuturkan perihal penerimaan wahyu itu secara gamblang dan jelas.

Khadijah lalu menenangkan Rasulullah. Setelah mengetahui bahwa Muhammad merupakan orang pilihan Allah yang akan diangkat menjadi Nabi. Ummul Mukminin itu terus menenangkan dan berkata:

Baca juga  Sejarah 17 Agustus 1945 : Ketika Soekarno dan Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan, Namun Kabarnya Terlambat Sampai di Kaltim

“Jangan takut. Bergembiralah! Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung hubungan keluarga, menafkahi kerabat, dan membantu orang-orang tidak mampu. Memberikan jamuan kepada tamu serta menolong orang-orang yang tertimpa musibah. Allah tidak akan mengizinkan setan mengganggumu, mereka tidak akan membuatmu tenggelam dalam khayalan. Tidak bisa diingkari lagi, Allah Swt telah memilih engkau untuk memberi petunjuk kepada kaummu.”

Sumber: Disarikan dari kisah Ar-Rakhiq Al-Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri serta Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri atau masyhur dengan nama Imam Ibnu Katsir.

Kaligrafi Nabi Muhammad. (Google)

Dimulainya Syiar Agama Islam

Setelah itu, Nabi Muhammad tak lagi diberikan wahyu atau dikenal dengan masa fatrah. Baru setelah 40 hari kemudian, turun wahyu kedua.

“Hai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah,” kata malaikat kepada Muhammad. Wahyu kedua ini terdapat dalam surat Al-Muddassir ayat 1-7.

Wahyu kedua ini merupakan perintah kepada Nabi Muhammad untuk memulai dakwah menyiarkan agama Islam.

Khadijah menjadi orang pertama yang beriman kepada Allah. Ali bin Abi Thalub, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar bin Abu Quhafah juga menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam.

Mekkah yang menjadi lokasi syiar Islam Nabi Muhammad. (Google)

Sejak saat itu Alquran turun secara bertahap di Makkah yang dikenal dengan ayat Makkiyah dan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.

Hingga wahyu yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah ayat 3 saat Nabi Muhammad melakukan haji wada atau haji terakhir di Padang Arafah. Wahyu-wahyu itu kemudian disusun menjadi Al-quran yang dijaga oleh Allah.

Dari kisah wahyu pertama dan nuzulul quran ini dapat dipetik sejumlah hikmah dan pelajaran. Pertama, Allah meminta umatnya untuk membaca karena membaca merupakan sumber ilmu pengetahuan.

“Kata Iqra’ mengandung perintah untuk membaca yang merupakan jendela pengetahuan,” kata Muhammad Chirzin dalam Tafsif Al-Fatihah dan Juz ‘Amma.

Dari wahyu pertama ini pula diketahui semua sumber ilmu pengetahuan berasal dari Allah Yang Maha Pandai.

Peristiwa di 17 Ramadhan

Sejak peristiwa tersebut, setiap tanggal 17 Ramadan di tahun Hijriah selalu diperingati sebagai malam turunnya Alquran atau yang disebut dengan malam Nuzulul Quran.

Namun, selain malam Nuzulul Quran, ada peristiwa besar lainnya yang juga terjadi di tanggal 17 Ramadan. Berikut ini rangkumannya :

1. Perang Badar

Ilustrasi Perang Badar. (Google)

Pada 17 Ramadan 2 Hijriah, terjadi Perang Badar yang menjadi peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Sebab, dalam perang ini, sebanyak 313 umat Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW yang bersenjatakan 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta dan 2 ekor kuda berhasil memenangkan perang melawan Kaum Quraisy.

Baca juga  Sejarah 27 Agustus 1883 : Ledakan Terdahsyat Krakatau Ciptakan Kiamat Kecil yang Mengguncangkan Dunia

Padahal saat itu, Kaum Quraisy melibatkan 1.000 orang pasukan, 600 persenjataan lengkap, 700 ekor unta dan 300 ekor kuda.

2. Wafatnya Ali Bin Abi Thalib

Ilustrasi Ali bin Abi Thalib. (Google)

 

Ali Bin Abi Thalib merupakan sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW. Ali meninggal pada tanggal 17 Ramadan 40 Hijriah karena terkena sabetan pedang Ibnu Muljam.

Pada waktu itu, Ibnu Muljam, al Burak bin Abdillah dan Amru bin Abi Bakr at-Tamimi berencana untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amru bin Ash.

Kemudian, pada 17 Ramadan 40 Hijriah, Ibnu Muljam menyabetkan pedangnya ke Ali ketika Ali sedang bersiap salat Subuh. Ia pun meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan di Kufah, namun lokasi tepatnya dirahasiakan.

3. Wafatnya Aisyah RA

Kaligrafi Aisyah Radhiyallahu Anha. (Google)

Istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah RA juga meninggal dunia di tanggal 17 Ramadan 58 Hijriah. Aisyah meninggal dunia pada usia 67 tahun karena sakit yang dideritanya. Aisyah wafat usai menunaikan salat witir.

Meninggalnya Aisyah pada saat itu merupakan kabar duka paling mendalam bagi umat Islam. Sebab, Aisyah merupakan istri yang paling dekat dengan Rasulullah. Melalui Aisyah, banyak diriwayatkan sunnah Nabi yang kita ketahui sampai saat ini.

4. Kemenangan Khilafah Abbasiyah dalam Perang Amoria

Ilustrasi Perang Amoria.(Google)

 

Peristiwa besar selanjutnya pada tanggal 17 Ramadan adalah kemenangan Kekaisaran Byzantium dalam Perang Amoria yang terjadi di Turki. Kemenangan tersebut diraih berkat pimpinan Khalifah Al Mu’tashim Billah, Khilafah Abbasiyah. Perperangan yang terjadi antara Khilafah Byzantium dan Khilafah Abbasiyah tersebut merenggut sekitar 70 ribu nyawa tentara dan warga sipil.

5. Kemerdekaan Republik Indonesia

Ir. Soekarno usai membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. (Wikipedia)

 

Sejarah Indonesia juga tak luput dari tanggal 17 Ramadan. Peristiwa proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno terjadi pada tanggal 17 Ramadan 1364 Hijriah Ramadan atau pada 17 Agustus 1945.

Namun, ada perdebatan soal tanggal ini. Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 9 Ramadan, bukan 17 Ramadan. Meski begitu, tetap saja baik tanggal 17 Ramadan maupun 17 Agustus menjadi tanggal yang sama-sama penting bagi umat Muslim di Indonesia.

Itulah tadi peristiwa bersejarah yang terjadi di tanggal 17 Ramadan. Semoga hal ini dapat menambah kecintaan kita terhadap Allah SWT.

(Tim Redaksi Klausa)

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Print

Berita terupdate ada juga di Benuanta dan Prolog.co.id